avi_mpg_splitter

0 comments Friday, January 29, 2010
AVI/MPEG/RM/WMV Splitter 4.28
AVI/MPEG/RM/WMV Splitter is a tool to split, cut or trim a large AVI ,MPEG, RM, ASF or WMV file into smaller video clips. With a built-in video player, you can easily cut AVI ,MPEG, RM, ASF or WMV file by time or the selection as needed.Features:
1. Support split AVI, Divx, MPEG-4 file.
2. Support split MPEG-1, MPEG-2 file.
3. Support split ASF, WMV, WMA file.
4. Support split Real Media(.RM, .RMVB) file.
5. Support large video file, even large then 2GB
6. Very fast and without any quality loss

Download free trial download CRACK
supported by:






Read On

Sistem Imun = ‘Pagar Betis’ Tubuh Kita

0 comments Thursday, July 30, 2009

Sistem Imun

Secara istilah sistem imun dapat diartikan sebagai sistem kompleks komponen selular dan molekular yang memiliki fungsi primer membedakan self dan not self dan pertahanan melawan zat atau organisme asing (Dorland 2002). Sistem pertahanan ini terdiri atas sistem imun nonspesifik (natural/innate) dan spesifik (adaptive/aquired) (Baratawidjaja, KG & Iris R, 2007).
Sistem imun non spesifik yang beraksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah atau belum pernah dijumpai adalah peradangan, interferon, sel natural killer, dan sistem komplemen (Sherwood, L, 2001). Sedangkan sistem imun spesifik yang mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya terdiri dari sistem imun spesifik humoral dan seluler (Baratawidjaja, KG & Iris R, 2007).
Sistem imun spesifik humoral merupakan fungsi sel B yang ditandai dengan perubahan sel B menjadi sel-sel plasma, yang menyekresikan imunoglobulin (antibodi) yang memiliki aktivitas spesifik terhadap antigen penyerang (Candrasoma & Taylor, 2005). Terdapat lima golongan umum antibodi, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE (Guyton & Hall, 1997).

Menurut Sherwood, L (2001) fungsi dari masing-masing antibodi tersebut adalah:

• IgM: sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap awal respons sel plasma.
• IgG: paling banyak dalam darah, bertanggung jawab bagi sebagian besar respons imun spesifik.terhadap bakteri dan beberapa jenis virus.
• IgE: mediator antibodi untuk respons alergi.
• IgA: ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan genitourinaria, serta di dalam air susu dan air mata.
• IgD: fungsinya belum jelas.
Sel pembuat imunoglobulin hanya dapat membuat satu macam Ig pada suatu waktu. Bila 2 macam antigen A dan B masuk ke dalam badan maka sebagian limfosit akan membuat anti-A dan sebagian limfosit lain membuat anti-B, dan tidak ada limfosit yang membuat kedua macam antibodi sekaligus (Staf Pengajar FKUI, 1994).
Sebagian kecil limfosit B berubah menjadi sel pengingat (memory cell), yang tidak ikut serta dalam respons imun yang sedang berlangsung, tetapi tetap dorman dan memperluas klon spesifiknya. Jika orang yang bersangkutan kembali bertemu dengan antigen yang sama, sel-sel pengingat ini sudah bersiap untuk melakukan tindakan yang lebih cepat daripada limfosit awal dalam klon (Sherwood, L, 2001).
Sistem imun spesifik seluler adalah fungsi sel limfosit T (Candrasoma & Taylor, 2005). Beberapa hari setelah pajanan ke antigen tertentu, sel T teraktivasi bersiap untuk melancarkan serangan imun seluler. Terdapat tiga subpopulasi sel T, yaitu: sel T sitotoksik (menghancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing), sel T penolong (meningkatkan perkembangan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag), dan sel T penekan (menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan penolong. Sebagian kecil sel T tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap berespons secara lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh pejamu (Sherwood, L, 2001).

Respons Imun


Respons imun adalah setiap respons sistem imun terhadap stimulus antigenik (Dorland 2002). Respons imun menjalankan fungsi: pertahanan (defence), homeostasis dan pengawasan (surveillance). Fungsi pertama berupa pertahanan melawan invasi mikroorganisme.


















Fungsi
homeostasis memelihara fungsi degenerasi dan katabolik normal dari isi tubuh dengan pembersihan elemen sel yang rusak. Fungsi pengawasan memonitor pengenalan jenis sel abnormal yang secara tetap selalu timbul dalam badan (Bellanti, JA, 1993). Menurut Dorland (2002), respons imun dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Respons imun primer: terjadi pada pajanan pertama dengan antigen. Setelah suatu periode laten atau lag period selama 3-14 hari, bergantung pada antigen, antibodi spesifik akan muncul di dalam darah. Terdapat puncak produksi IgM yang akan bertahan selama beberapa hari yang kemudian segera disusul oleh puncak produksi IgG. Produksi antibodi berkurang dalam beberapa minggu, tetapi sel memori tetap bertahan dalam sirkulasi.
Respons imun sekunder: terjadi pada pajanan kedua dengan antigen serta pajanan selanjutnya. Lag period lebih singkat, puncak titer antibodi lebih tinggi dan bertahan lebih lama, produksi utama adalah IgG.


Link terkait:
Munculnya Kembali Campak Setelah Divaksinasi (Kasus)
Munculnya Campak dan Efek Samping pada Anak yang Telah Divaksinasi Campak


DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, KG, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ketujuh, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
_______________ & Iris R, 2007, Imunologi Dasar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007, Jilid II, Edisi ketiga, Editor Kepala: Aru W. Sudoyo et.al., Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.
Bellanti, JA, 1993, Immunology III, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Chandrasoma, Parakrama & Clive R. Taylor, 2005, Patologi Anatomi, Edisi 2, Alih bahasa: Roem Soedoko et al., EGC, Jakarta.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, trans. Huriawati Hartanto, EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
Immunise Australia Program, 2006, Tanya Jawab (T&J) tentang Vaksinasi Campak, Gondok & Rubela, NSW Health, dilihat 4 April 2009, www.health.nsw.gov.au/resources/publichealth/immunisation/mmr/mmr_immunisation_consent_ind.pdf
Sherwood, L, 2001, Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi 2, Alih Bahasa: Brahm U. Pendit, Editor: Beatricia I. Santoso, EGC, Jakarta.
Kresno, Siti Boedina, 2001, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Staf Pengajar FKUI, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.
Winulyo EB & Samsuridjal D, 2007, Imunisasi Dewasa, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007, Jilid II, Edisi ketiga, Editor Kepala: Aru W. Sudoyo et.al., Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.




Read On

Kelenjar Tiroid Penting untuk Tubuh Kita

0 comments

Anatomi dan Histologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid mulai kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah kranial. Pengaliran darah ke kelenjar berasal deri a. Tiroidea Seperior (cabang a. Karotis Ekstrena) dan a. Tiroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikuler (Noer (eds.) 1996, h. 725).
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel itu. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar, yang mengandung hormon tiroid di dalam molekuul-molekulnya (Guyton & Hall 1997, h. 1187-1188).

Sekresi Hormon T3 dan T4 oleh Kelenjar Tiroid

Iodida yang ditelan secara oral akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan pola yang kira-kira mirip dengan klorida. (Guyton & Hall 1997, h. 1188). Menurut Noer (eds. 1996, h. 728-729).Melalui proses yang rumit, iodida yang ditangkap sel tiroid akan diubah menjadi hormon melalui beberapa tahapan, yaitu:
Tahap Trapping. Tahap pertama adalah pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid memiliki kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida secara aktif ke bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodida (iodide trapping).
Tahap Oksidasi. Tahap ini mengubah ion iodida menjadi bentuk iodium yang teroksidasi, baik iodium awal (nascent iodine) (Io) atau I3-, yang selanjutnya mampu langsung berikatan dengan asam amino tirosin. Proses ini ditingkatkan oleh enzim peroksidase dan penyertanya hidrogen peroksidase, yang menyediakan suatu sistem yang kuat yang mampu mengoksidasi iodida. Iodium yang teroksidasi tersebut lalu ditempatkan di dalm sel tepat pada tempat molekul triglobulin mula-mula dikeluarkan dari alat Golgi dan kemudian melalui membran masuk ke dalam koloid penyimpanan.
Tahap Coupling. Iodium akan berikatan dengan kira-kira seperenam bagian dari asam amino tirosin yang ada di dalam molekul tiroglobulin. tirosin akan diiodinasi menjadi monoiodotirosin (MIT) dan selanjtunya menjadi diiodotirosin (DIT), dan semakin lama akan semakin banyak sisa diiodotirosin yang saling bergandengan (coupling) satu sama lain. Hasilnya, terbentuklah molekul tiroksin (T4) yang tetap merupakan bagian dari molekul tiroglobulin. Penggandengan satu molekul MIT dan satu molekul DIT akan membentuk triiodotironin (T3)(Guyton & Hall 1997, h. 1188-1189).
Tahap Penimbunan. Produk hormon tersebut kemudian disimpan di ekstraseluler yang disebut koloid. Hormon yang baru terbentuk akan disimpan dekat permukaan vili atau apeks koloid.
Tahap Deyodinasi. Yodotirosin yang tidak digunakan sebagai hormon akan mengalami deyodinasi menjadi tiroglobulin+residu+yodida kembali sehingga menghemat pemakaian unsur yodium.
Tahap Proteolisis. Atas pengaruh Thyroid Stimulating Hormone (TSH), terbentuk vesikel oleh ujung vili menjadi tetes koloid. Lisosom juga dipengaruhi mendekati tetes koloid ini, menggabung, sehingga terlepas secara bebas MIT, DIT, T3 dan T4 dari tiroglobulin oleh enzim hidrolitik lisosom tadi. Yodotirosin (MIT, DIT) akan dideyoninasi dan yodotirosin (T3, T4) dikeluarkan dari sel debagai hormon.
Tahap Pengeluaran Hormon dari Kelenjar Tiroid. Hormon ini melewati membran basal, fenestra sel kapiler, lalu ditangkap oleh pembawanya dalam sistem sirkulasi yaitu thyroid binding protein. Produksi sehari T4 kira-kira 80-100 µg sedangkan T3 26-39 µg (Noer (eds.) 1996, h. 729)

Mekanisme Umpan Balik Hormon Tiroid

Sekresi hormon tiroid ini diatur oleh suatu mekanisme umpan balik spesifik yang bekerja melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior.
Salah satu rangsangan yang telah diketahui dengan baik adalah rasa dingin. Efek ini hampir selalu disebabkan oleh eksitasi pusat hipotalamus untuk pengaturan temperatur tubuh. Keadaan ini merangsang sekresi Thyrotrophin Releasing Hormone (TRH) yang kemudian melewati median eminence, tempat ia disimpan dan kemudian dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya, timbul stimulasi sekresi TSH (Tryroid Stimulating Hormone), yang merupakan salah satu hormon kelenjar hipofisis anterior. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-receptor-TSH-R) (Noer (eds.) 1996, h. 731).
Hal ini menyebabkan pengaktifan adenilsiklase yang ada di dalam membran, yang meningkatkan pembentukan cAMP di dalam sel. cAMP yang bekerja sebagai second messenger untuk mengaktifkan protein kinase, yang menyebabkan banyak fosforilasi di seluruh sel. Akibatnya segera timbul peningkatan sekresi hormon tiroid dan perpanjangan waktu pertumbuhan jaringan kelenjar tiroidnya sendiri (Guyton & Hall 1997, h. 1195).
Kedua hormon tiroid (T3 dan T4) memiliki efek umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 di samping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH (Noer (eds.) 1996, h. 731).


Metabolisme Hormon Tiroid


Sewaktu memasuki darah, semua tiroksin dan triiodotironin kecuali 1 persennya, segera berikatan dengan protein plasma, terutama globulin pengikat-tiroksin. Sewaktu memasuki sel, kedua hormon ini berikatan dengan protein intraseluler. Kerja triiodotironin timbul kira-kira empat kali lebih cepat daripada kerja tiroksin, namun tiroksin yang memiliki afinitas dengan protein pengikat-plasma maupun dengan protein intraseluler yang lebih tinggi daripada triiodotironin (Guyton & Hall 1997, h. 1190).
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian T4 endogen (5-17%) mengalami konversi lewat proses monoydeyodinasi menjadi T3. jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan (konversi) ini ialah jaringan hati, ginjal, jantung, dan hipofisis. Dalam proses ini terbentuk juga rT3 yang secara metabolik tidak aktif (Noer (eds.) 1996, h. 730).

Efek umum dari hormon tiroid adalah menyebabkan transkripsi inti dari sejumlah besar gen. Oleh karena itu, sesungguhnya dalam semua sel tubuh, sejumlah besar enzim protein transpor, dan zat lainnya akan meningkat. Hasil akhir dari semuanya ini adalh peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh (Guyton & Hall 1997, h. 1191). Menurut Noer (eds. 1996, h. 730),.efek metabolik hormon ini antara lain adalah:
1. Kalorigenik. Hormon ini dapat berefek kalorigenik, yaitu menghasilkan panas atau energi (Dorland 2002, h. 328). Hal ini terjadi karena hormon tiroid menyebabkan membran sel dari sebagian besar sel menjadi mudah dilewati oleh ion natrium, yang selanjutnya akan mengaktifkan pompa natrium dan lebih jauh lagi meningkatkan pembentukan panas.
2. Termoregulasi. Hormon ini menjadi regulator panas untuk pemeliharaan suhu tubuh
3. Metabolisme protein. Pemberian hormon tiroid menyebabkan ukuran maupun jumlah mitokondria sebagian besar sel tubuh meningkat. Selanjutnya tiroid meningkatkan kecepatan pembentukan adenosin trifosfat (ATP) untuk membangkitkan fungsi seluler. Akibatnya sintesis protein juga akan meningkat.
4. Metabolisme karbohidrat. Hormon tiroid merangsang metabolisme karbohidrat, temasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, glukogenesis, kecepatan absorbsi saluran cerna, dan sekresi insulin.
5. Metabolisme lipid. T4 mempercepat metabolisme kolesterol dan lemak.
6. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid.
7. Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun pertama kehidupan.
8. Lain-lain: gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati, tonus traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare, gangguan faal hati, anemia defisiensi Fe dan hipertiroidisme.
9. Berperan dalam sintesis gonadotropin, hormon pertumbuhan, reseptor beta adregenik.
Hormon tiroid juga menyebabkan efek pada sistem kardiovaskular, berupa peningkatan aliran darah dan curah jantung, frekuensi dan kekuatan denyut jantung, volume darah, dan tekanan arteri. Hormon ini juga berperan dalam peningkatan respirasi, nafsu makan, kecepatan berpikir, menyebabkan otot bereaksi dengan kuat, tremor otot, dan lain-lain (Guyton & Hall 1997, h. 1193-1194).

Link terkait:
Wanita Cantik Bergondok (kasus)
Struma sebagai Manifestasi Klinis dari Hipertiroidisme


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 1996, Jilid I, Edisi ketiga, Editor Kepala: Sjaifoellah Noer, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, trans. Huriawati Hartanto, EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
Mansjoer et al., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, cetakan 1, Media Aesculapius, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson, 1991, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, Edisi 2, Alih bahasa: Adji Dharma, EGC, Jakarta.
Rubenstein, David, David Wayne & John Bradley, 2007, Lecture Notes: Kedokteran Klinis, Edisi 6, trans. Annisa Rahmalia, Erlangga, Surabaya.




Read On