Obesitas Berperan terhadap Komplikasi Sindroma Metabolik

0 comments Friday, April 24, 2009

Penulis: Afandi DH

Sindrom adalah merupakan kumpulan dari gejala. Sedangkan sindroma metabolik merupakan kumpulan dari faktor risiko metabolik yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM) tipe 2. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma, keadaan protrombotik dan proinflamasi. Hal ini menyebabkan sindroma menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang utama pada saat ini (Bona Adhista, 2007).

Dua patogenesis utama yang mendasari terjadinya sindroma metabolik adalah obesitas dan resistensi insulin. Pada kebanyakan pasien, sindroma metabolik berujung pada terjadinya penyakit DM tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler (Bona Adhista, 2007).



Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor ririko metabolik yang berkaitan secara langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler atherosklerotik. Obesitas abdominal dan resistensi insulin memainkan peranan penting terhadap timbulnya komplikasi utama sindroma metabolik, yaitu penyakit kardiovaskuler dan DM tipe 2 (Bona Adhista, 2007).

Obesitas

Obesitas berarti penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh pemasukan jumlah makanan yang lebih besar daripada yang dapat dipakai oleh tubuh untuk energi (Guyton & Hall, 1997).

Faktor-faktor Penyebab Obesitas

Menurut Guyton & Hall (1997), obesitas dapt dipengaruhi oleh:

1. Faktor psikogenik

Biasanya seseorang diketahui mengalami kenaikan berat badan yang besar selama atau setelah keadaan yang menekan. Dalam hal ini, makanan dijadikan alat pelepas ketegangan.

2. Kelainan neurogenik

Lesi pada nukleus ventromedialis hipotalamus menyebabkan manusia makan secara berlebihan dan menjadi gemuk sehingga menyebabkan kelebihan produksi insulin, yang selanjutnya meningkatkan penyimpanan lemak.

Pada penderita tumor hipofisis yang menekan hipotalamus menjadi gemuk secara bertahap, sehingga dapat dengan pasti obesitas tersebut dihasilkan karena kerusakan hipotalamus.

3. Faktor genetika

Kelainan genetik pada sifat kimiawi penyimpanan lemak diketahui menyebabkan obesitas pada beberapa turunan tikus dan mencit.

4. Kelebihan nutrisi pada masa kanak-kanak

5. Kegemukan Akibat Kortisol

Walaupun kortisol dapat menyebabkan timbulnya mobilisasi asam lemak secukupnya dari jaringan lemak, banyak penderita yang kelebihan sekresi kortisol seringkali menderita kegemukan yang khas, dengan penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan di daerah kepalanya, sehingga badannya seperti sapi dan wajahnya bulat yang disebut 'moon face' (Guyton & Hall, 1997).

Resistensi Insulin

Resistensi insulin adalah keadaan dimana terjadi gangguan respon metabolik terhadap kerja insulin, akibatnya dibutuhkan kadar insulin lebih banyak untuk mempertahankan keadaan normoglikemi. Pembesaran depot lemak visceral yang aktif secara lipolitik akan meningkatkan keluaran asam lemak bebas ke sirkulasi porta dan akan menurunkan pengikatan dan ekstraksi insulin di hati sehingga menyebabkan hiperinsulinemi sistemik. (Bona Adhista, 2007).

Rehabilitasi Medik

Menurut Noer Rachma (2007), upaya pencegahan primer sindrom metabolik dilakukan dengan penyuluhan tentang perubahan pola makan, menghindari stress dan latihan fisik/exercise untuk memperbaiki kontrol gula darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol-HDL.

Latihan fisik yang cocok dan aman untuk pasien sindrom metabolik adalah latihan aerobik dan wight-resistance (daya angkat beban).



Daftar Pustaka

Adhista, Bona. 2008. Metabolic Syndrome. Simposium Pelantikan Dokter Periode 161 Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


Read On

Kwahiorkor dan Marasmus Akibat Gizi Buruk

0 comments
Penulis: Afandi DH

Masalah yang banyak terjadi pada rakyat negara berkembang zaman ini adalah masalah kekurangan gizi. Umumnya, kekurangan gizi ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi.

Tidak jarang bayi yang baru lahir mengalami kelainan pada fisik mereka karena ibu yang mengandungnya kurang mengonsumsi makanan yang bergizi. Kelainan ini dapat mempengaruhi perkembangan mereka. Namun, kekurangan gizi juga dapat terjadi setelah bayi tersebut lahir akibat kurangnya jumlah maupun keseimbangan konsumsi gizi yang diberikan.

Kurangnya gizi ini dapat menimbulkan akibat yang serius bila tidak dilakukan perawatan medis, bahkan dapat terjadi kematian. Sebab kurangnya gizi pada masa perkembangan bayi dapat mengganggu proses metabolismenya. Namun, hal ini dapat dicegah dengan adanya kesadaran dan peran orang tua dalam memberikan makanan pada bayinya.


Gizi Buruk

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi esensial, yang bisa disebabkan oleh asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi) (Nurcahyo, n.d.).

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Secara garis besar, penyebab penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi (Yetty Nency dan Muhamad Thohar Arifin, n.d.).

Metabolisme Zat Gizi

Semua bahan makanan akan diabsorbsi tubuh dalam bentuk senyawa sederhana, karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa sebelum diabsorbsi, lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, dan protein akan dipecah menjadi asam amino (Fried, 1999). Ketiga-tiganya akan digunakan untuk menghasilkan energi (karbohidrat dan lemak), mengatur aktivitas sel (protein), dan menjaga ketegaran sel (protein). Pada kasus yang sering dijumpai adalah kasus Kekurangan Energi Protein (KKP), protein merupakan diet paling vital yang tidak dapat ditinggalkan manusia. Ribuan protein yang terdapat dalam tubuh manusia melakukan berbagai fungsi yang begitu banyak untuk dilukiskan. Fungsi ini mencakup pekerjaan sebagai pembawa vitamin, oksigen, dan karbondioksida, ditambah peranan struktural, kinetik, katalitik, serta pengiriman sinyal (Murray et al, 2003). Secara teori memang antara glukosa, lemak, dan protein dapat terjadi hubungan kesinambungan. Jika tubuh kekurangan protein, glukosa akan membantu suplai asam amino melewati metabolisme intermediet, namun jika diet hanya mengandung glukosa saja maka tidak mampu mencukupi kebutuhan akan protein dalam tubuh (Scanlon, 2000).

Glukosa dirubah menjadi piruvat dalam glikolisis. Dalam keadaan normal piruvat akan dijadikan asetil ko-A agar dapat masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk membuat ATP. Namun yang terjadi ketika tubuh kekurangan protein, maka akan terbentuk jalur metabolisme intermediet sehingga piruvat tadi akan diubah menjadi asam amino sebagai bahan dasar membuat protein (Murray et al, 2003). Proses pembentukan asam amino dari piruvat memerlukan energi yang sangat besar sehingga tidak mungkin menghabiskan sebagian besar energi sel hanya untuk memenuhi kebutuhan protein.

Marasmus dan Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan suatu istilah untuk menyebutkan gangguan gizi akibat kekurangan protein. Sedangkan marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita, penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan (wikipedia).

Manifestasi klinis dari kwashiorkor adalah edema (umumnya seluruh tubuh danterutama pada kaki), wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis (kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rsa sakit, rontok), perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), pembesaran hati, otot mengecil, kelainan kulit, sering disertai infeksi, anemia dan diare (Arief Mansjoer et.al, 2000).

Sedangkan marasmus memiliki manifestasi klinis sebagai berikut: tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, perut cekung, sering disertai: penyakit kronik, diare kronik (Arief Mansjoer et.al, 2000).

Bentuk intermidiet dari keduanya disebut dengan marasmik-kwashiorkor, dengan manifestasi klinis berupa campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.


Daftar Pustaka

Corwin, J. E 1997, Buku saku patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Fried G. H, et al 2002, Biologi schaum’s outlines, edisi 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mansjoer, Arif et.al., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 3, cet. 1, Media Aesculapius, Jakarta.

Murray R. K, et al 2003, Biokimia harper, edisi 25, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nency, Yetty dan Muhamad Thohar Arifin, 2005, Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang, dilihat tanggal 7 Desember 2008, .

Wikipedia, Kwashiorkor, dilihat tanggal 10 Desember 2008, .

_________, Marasmus, dilihat tanggal 10 Desember 2008, .


.
Read On