Kwahiorkor dan Marasmus Akibat Gizi Buruk

Penulis: Afandi DH

Masalah yang banyak terjadi pada rakyat negara berkembang zaman ini adalah masalah kekurangan gizi. Umumnya, kekurangan gizi ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi.

Tidak jarang bayi yang baru lahir mengalami kelainan pada fisik mereka karena ibu yang mengandungnya kurang mengonsumsi makanan yang bergizi. Kelainan ini dapat mempengaruhi perkembangan mereka. Namun, kekurangan gizi juga dapat terjadi setelah bayi tersebut lahir akibat kurangnya jumlah maupun keseimbangan konsumsi gizi yang diberikan.

Kurangnya gizi ini dapat menimbulkan akibat yang serius bila tidak dilakukan perawatan medis, bahkan dapat terjadi kematian. Sebab kurangnya gizi pada masa perkembangan bayi dapat mengganggu proses metabolismenya. Namun, hal ini dapat dicegah dengan adanya kesadaran dan peran orang tua dalam memberikan makanan pada bayinya.


Gizi Buruk

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi esensial, yang bisa disebabkan oleh asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi) (Nurcahyo, n.d.).

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Secara garis besar, penyebab penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi (Yetty Nency dan Muhamad Thohar Arifin, n.d.).

Metabolisme Zat Gizi

Semua bahan makanan akan diabsorbsi tubuh dalam bentuk senyawa sederhana, karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa sebelum diabsorbsi, lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, dan protein akan dipecah menjadi asam amino (Fried, 1999). Ketiga-tiganya akan digunakan untuk menghasilkan energi (karbohidrat dan lemak), mengatur aktivitas sel (protein), dan menjaga ketegaran sel (protein). Pada kasus yang sering dijumpai adalah kasus Kekurangan Energi Protein (KKP), protein merupakan diet paling vital yang tidak dapat ditinggalkan manusia. Ribuan protein yang terdapat dalam tubuh manusia melakukan berbagai fungsi yang begitu banyak untuk dilukiskan. Fungsi ini mencakup pekerjaan sebagai pembawa vitamin, oksigen, dan karbondioksida, ditambah peranan struktural, kinetik, katalitik, serta pengiriman sinyal (Murray et al, 2003). Secara teori memang antara glukosa, lemak, dan protein dapat terjadi hubungan kesinambungan. Jika tubuh kekurangan protein, glukosa akan membantu suplai asam amino melewati metabolisme intermediet, namun jika diet hanya mengandung glukosa saja maka tidak mampu mencukupi kebutuhan akan protein dalam tubuh (Scanlon, 2000).

Glukosa dirubah menjadi piruvat dalam glikolisis. Dalam keadaan normal piruvat akan dijadikan asetil ko-A agar dapat masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk membuat ATP. Namun yang terjadi ketika tubuh kekurangan protein, maka akan terbentuk jalur metabolisme intermediet sehingga piruvat tadi akan diubah menjadi asam amino sebagai bahan dasar membuat protein (Murray et al, 2003). Proses pembentukan asam amino dari piruvat memerlukan energi yang sangat besar sehingga tidak mungkin menghabiskan sebagian besar energi sel hanya untuk memenuhi kebutuhan protein.

Marasmus dan Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan suatu istilah untuk menyebutkan gangguan gizi akibat kekurangan protein. Sedangkan marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita, penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan (wikipedia).

Manifestasi klinis dari kwashiorkor adalah edema (umumnya seluruh tubuh danterutama pada kaki), wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis (kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rsa sakit, rontok), perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), pembesaran hati, otot mengecil, kelainan kulit, sering disertai infeksi, anemia dan diare (Arief Mansjoer et.al, 2000).

Sedangkan marasmus memiliki manifestasi klinis sebagai berikut: tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, perut cekung, sering disertai: penyakit kronik, diare kronik (Arief Mansjoer et.al, 2000).

Bentuk intermidiet dari keduanya disebut dengan marasmik-kwashiorkor, dengan manifestasi klinis berupa campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.


Daftar Pustaka

Corwin, J. E 1997, Buku saku patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Fried G. H, et al 2002, Biologi schaum’s outlines, edisi 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mansjoer, Arif et.al., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 3, cet. 1, Media Aesculapius, Jakarta.

Murray R. K, et al 2003, Biokimia harper, edisi 25, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nency, Yetty dan Muhamad Thohar Arifin, 2005, Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang, dilihat tanggal 7 Desember 2008, .

Wikipedia, Kwashiorkor, dilihat tanggal 10 Desember 2008, .

_________, Marasmus, dilihat tanggal 10 Desember 2008, .


.

0 comments:

Post a Comment