Kwahiorkor dan Marasmus Akibat Gizi Buruk (Kasus)

Seorang anak buruh tani yang berumur 3 tahun diperiksakan ke Puskesmas dengan keluhan badan lemah, udem muka dan kedua ekstremitas inferior sejak 2 bulan. Berdasarkan laporan, sehari-hari dia makan dua kali dengan menu nasi dan sayur seadanya. Sejak dua tahun yang lalu anak tersebut mengalami diare kronis kalau minum susu formula yang mengandung laktosa. Konsistensi faeces cair, berbuih, keluar menyemprot, frekuensi 5-6x/hari dan dirawat di RS dengan diagnosis intoleran laktosa. Dari pemeriksaan fisik didapatkan rambut kemerahan, tumbuh jarang, mudah dicabut, dan tidak terasa sakit. Abdomen membuncit, ada pitting udem di ekstremitas inferior.

Pembahasan:
Gizi buruk tidak hanya disebabkan karena defisiensi kualitas nutrisi, tapi juga kualitas nutrisi. Pada hakekatnya sistem tubuh dapat berkembang dengan baik jika asupan nutriennya juga memadai. Karbohidrat, lemak, dan protein memegang peran penting dalam menjaga ketersediaan energi dalam tubuh. Ketiga zat gizi tersebut harus ada dalam keadaan proporsional.
Oleh karena itu, apabila bayi hanya diberikan karbohidrat saja atu lemak saja atau bahkan hanya protein saja, tidak akan memberikan efek signifikan terhadap tumbuh kembangnya. Hal ini dapat mengakibatkan defisiensi yang akut (Corwin, 2000).

Gejala penting yang menunjukkan kwashiorkor adalah hipoalbuminemia, edema, dan perlemakan hati. Hipoalbuminemia mencerminkan pasokan asam amino yang tidak memadai dari protein, sehingga mengganggu sintesis albumin serta protein lain (transferin) oleh hati. Edema disebabkan oleh tekanan osmotik yang rendah di dalam plasma sebagai akibat hipoalbuminemia. Sintesis protein plasma oleh hati juga menurun; keadaan ini pada gilirannya akan mengganggu pengaliran trigliserida dan lipid lain keluar dari hati sehingga terjadi perlemakan hati.

Sistem imun pada kekurangan kalori protein akan terganggu, khususnya fungsi sel T. Dengan demikian, penderita kekurangan kalori protein sangat rentan terhadap infeksi. (misal: sehingga menyebabkan diare), dan infeksi memperburuk keadaan lebih lanjut dengan meningkatkan kebutuhan metabolik, misal melalui demam. Kekurangan energi protein juga mengakibatkan sintesis enzim terganggu, misal enzim laktosa, maka timbulah intoleran laktosa karena defisiensi laktase.


0 comments:

Post a Comment