Kelenjar Tiroid Penting untuk Tubuh Kita


Anatomi dan Histologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid mulai kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah kranial. Pengaliran darah ke kelenjar berasal deri a. Tiroidea Seperior (cabang a. Karotis Ekstrena) dan a. Tiroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikuler (Noer (eds.) 1996, h. 725).
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel itu. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar, yang mengandung hormon tiroid di dalam molekuul-molekulnya (Guyton & Hall 1997, h. 1187-1188).

Sekresi Hormon T3 dan T4 oleh Kelenjar Tiroid

Iodida yang ditelan secara oral akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan pola yang kira-kira mirip dengan klorida. (Guyton & Hall 1997, h. 1188). Menurut Noer (eds. 1996, h. 728-729).Melalui proses yang rumit, iodida yang ditangkap sel tiroid akan diubah menjadi hormon melalui beberapa tahapan, yaitu:
Tahap Trapping. Tahap pertama adalah pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid memiliki kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida secara aktif ke bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodida (iodide trapping).
Tahap Oksidasi. Tahap ini mengubah ion iodida menjadi bentuk iodium yang teroksidasi, baik iodium awal (nascent iodine) (Io) atau I3-, yang selanjutnya mampu langsung berikatan dengan asam amino tirosin. Proses ini ditingkatkan oleh enzim peroksidase dan penyertanya hidrogen peroksidase, yang menyediakan suatu sistem yang kuat yang mampu mengoksidasi iodida. Iodium yang teroksidasi tersebut lalu ditempatkan di dalm sel tepat pada tempat molekul triglobulin mula-mula dikeluarkan dari alat Golgi dan kemudian melalui membran masuk ke dalam koloid penyimpanan.
Tahap Coupling. Iodium akan berikatan dengan kira-kira seperenam bagian dari asam amino tirosin yang ada di dalam molekul tiroglobulin. tirosin akan diiodinasi menjadi monoiodotirosin (MIT) dan selanjtunya menjadi diiodotirosin (DIT), dan semakin lama akan semakin banyak sisa diiodotirosin yang saling bergandengan (coupling) satu sama lain. Hasilnya, terbentuklah molekul tiroksin (T4) yang tetap merupakan bagian dari molekul tiroglobulin. Penggandengan satu molekul MIT dan satu molekul DIT akan membentuk triiodotironin (T3)(Guyton & Hall 1997, h. 1188-1189).
Tahap Penimbunan. Produk hormon tersebut kemudian disimpan di ekstraseluler yang disebut koloid. Hormon yang baru terbentuk akan disimpan dekat permukaan vili atau apeks koloid.
Tahap Deyodinasi. Yodotirosin yang tidak digunakan sebagai hormon akan mengalami deyodinasi menjadi tiroglobulin+residu+yodida kembali sehingga menghemat pemakaian unsur yodium.
Tahap Proteolisis. Atas pengaruh Thyroid Stimulating Hormone (TSH), terbentuk vesikel oleh ujung vili menjadi tetes koloid. Lisosom juga dipengaruhi mendekati tetes koloid ini, menggabung, sehingga terlepas secara bebas MIT, DIT, T3 dan T4 dari tiroglobulin oleh enzim hidrolitik lisosom tadi. Yodotirosin (MIT, DIT) akan dideyoninasi dan yodotirosin (T3, T4) dikeluarkan dari sel debagai hormon.
Tahap Pengeluaran Hormon dari Kelenjar Tiroid. Hormon ini melewati membran basal, fenestra sel kapiler, lalu ditangkap oleh pembawanya dalam sistem sirkulasi yaitu thyroid binding protein. Produksi sehari T4 kira-kira 80-100 µg sedangkan T3 26-39 µg (Noer (eds.) 1996, h. 729)

Mekanisme Umpan Balik Hormon Tiroid

Sekresi hormon tiroid ini diatur oleh suatu mekanisme umpan balik spesifik yang bekerja melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior.
Salah satu rangsangan yang telah diketahui dengan baik adalah rasa dingin. Efek ini hampir selalu disebabkan oleh eksitasi pusat hipotalamus untuk pengaturan temperatur tubuh. Keadaan ini merangsang sekresi Thyrotrophin Releasing Hormone (TRH) yang kemudian melewati median eminence, tempat ia disimpan dan kemudian dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya, timbul stimulasi sekresi TSH (Tryroid Stimulating Hormone), yang merupakan salah satu hormon kelenjar hipofisis anterior. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-receptor-TSH-R) (Noer (eds.) 1996, h. 731).
Hal ini menyebabkan pengaktifan adenilsiklase yang ada di dalam membran, yang meningkatkan pembentukan cAMP di dalam sel. cAMP yang bekerja sebagai second messenger untuk mengaktifkan protein kinase, yang menyebabkan banyak fosforilasi di seluruh sel. Akibatnya segera timbul peningkatan sekresi hormon tiroid dan perpanjangan waktu pertumbuhan jaringan kelenjar tiroidnya sendiri (Guyton & Hall 1997, h. 1195).
Kedua hormon tiroid (T3 dan T4) memiliki efek umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 di samping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH (Noer (eds.) 1996, h. 731).


Metabolisme Hormon Tiroid


Sewaktu memasuki darah, semua tiroksin dan triiodotironin kecuali 1 persennya, segera berikatan dengan protein plasma, terutama globulin pengikat-tiroksin. Sewaktu memasuki sel, kedua hormon ini berikatan dengan protein intraseluler. Kerja triiodotironin timbul kira-kira empat kali lebih cepat daripada kerja tiroksin, namun tiroksin yang memiliki afinitas dengan protein pengikat-plasma maupun dengan protein intraseluler yang lebih tinggi daripada triiodotironin (Guyton & Hall 1997, h. 1190).
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian T4 endogen (5-17%) mengalami konversi lewat proses monoydeyodinasi menjadi T3. jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan (konversi) ini ialah jaringan hati, ginjal, jantung, dan hipofisis. Dalam proses ini terbentuk juga rT3 yang secara metabolik tidak aktif (Noer (eds.) 1996, h. 730).

Efek umum dari hormon tiroid adalah menyebabkan transkripsi inti dari sejumlah besar gen. Oleh karena itu, sesungguhnya dalam semua sel tubuh, sejumlah besar enzim protein transpor, dan zat lainnya akan meningkat. Hasil akhir dari semuanya ini adalh peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh (Guyton & Hall 1997, h. 1191). Menurut Noer (eds. 1996, h. 730),.efek metabolik hormon ini antara lain adalah:
1. Kalorigenik. Hormon ini dapat berefek kalorigenik, yaitu menghasilkan panas atau energi (Dorland 2002, h. 328). Hal ini terjadi karena hormon tiroid menyebabkan membran sel dari sebagian besar sel menjadi mudah dilewati oleh ion natrium, yang selanjutnya akan mengaktifkan pompa natrium dan lebih jauh lagi meningkatkan pembentukan panas.
2. Termoregulasi. Hormon ini menjadi regulator panas untuk pemeliharaan suhu tubuh
3. Metabolisme protein. Pemberian hormon tiroid menyebabkan ukuran maupun jumlah mitokondria sebagian besar sel tubuh meningkat. Selanjutnya tiroid meningkatkan kecepatan pembentukan adenosin trifosfat (ATP) untuk membangkitkan fungsi seluler. Akibatnya sintesis protein juga akan meningkat.
4. Metabolisme karbohidrat. Hormon tiroid merangsang metabolisme karbohidrat, temasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, glukogenesis, kecepatan absorbsi saluran cerna, dan sekresi insulin.
5. Metabolisme lipid. T4 mempercepat metabolisme kolesterol dan lemak.
6. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid.
7. Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun pertama kehidupan.
8. Lain-lain: gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati, tonus traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare, gangguan faal hati, anemia defisiensi Fe dan hipertiroidisme.
9. Berperan dalam sintesis gonadotropin, hormon pertumbuhan, reseptor beta adregenik.
Hormon tiroid juga menyebabkan efek pada sistem kardiovaskular, berupa peningkatan aliran darah dan curah jantung, frekuensi dan kekuatan denyut jantung, volume darah, dan tekanan arteri. Hormon ini juga berperan dalam peningkatan respirasi, nafsu makan, kecepatan berpikir, menyebabkan otot bereaksi dengan kuat, tremor otot, dan lain-lain (Guyton & Hall 1997, h. 1193-1194).

Link terkait:
Wanita Cantik Bergondok (kasus)
Struma sebagai Manifestasi Klinis dari Hipertiroidisme


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 1996, Jilid I, Edisi ketiga, Editor Kepala: Sjaifoellah Noer, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, trans. Huriawati Hartanto, EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
Mansjoer et al., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, cetakan 1, Media Aesculapius, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson, 1991, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, Edisi 2, Alih bahasa: Adji Dharma, EGC, Jakarta.
Rubenstein, David, David Wayne & John Bradley, 2007, Lecture Notes: Kedokteran Klinis, Edisi 6, trans. Annisa Rahmalia, Erlangga, Surabaya.




0 comments:

Post a Comment