Sistem Imun = ‘Pagar Betis’ Tubuh Kita


Sistem Imun

Secara istilah sistem imun dapat diartikan sebagai sistem kompleks komponen selular dan molekular yang memiliki fungsi primer membedakan self dan not self dan pertahanan melawan zat atau organisme asing (Dorland 2002). Sistem pertahanan ini terdiri atas sistem imun nonspesifik (natural/innate) dan spesifik (adaptive/aquired) (Baratawidjaja, KG & Iris R, 2007).
Sistem imun non spesifik yang beraksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah atau belum pernah dijumpai adalah peradangan, interferon, sel natural killer, dan sistem komplemen (Sherwood, L, 2001). Sedangkan sistem imun spesifik yang mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya terdiri dari sistem imun spesifik humoral dan seluler (Baratawidjaja, KG & Iris R, 2007).
Sistem imun spesifik humoral merupakan fungsi sel B yang ditandai dengan perubahan sel B menjadi sel-sel plasma, yang menyekresikan imunoglobulin (antibodi) yang memiliki aktivitas spesifik terhadap antigen penyerang (Candrasoma & Taylor, 2005). Terdapat lima golongan umum antibodi, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE (Guyton & Hall, 1997).

Menurut Sherwood, L (2001) fungsi dari masing-masing antibodi tersebut adalah:

• IgM: sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap awal respons sel plasma.
• IgG: paling banyak dalam darah, bertanggung jawab bagi sebagian besar respons imun spesifik.terhadap bakteri dan beberapa jenis virus.
• IgE: mediator antibodi untuk respons alergi.
• IgA: ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan genitourinaria, serta di dalam air susu dan air mata.
• IgD: fungsinya belum jelas.
Sel pembuat imunoglobulin hanya dapat membuat satu macam Ig pada suatu waktu. Bila 2 macam antigen A dan B masuk ke dalam badan maka sebagian limfosit akan membuat anti-A dan sebagian limfosit lain membuat anti-B, dan tidak ada limfosit yang membuat kedua macam antibodi sekaligus (Staf Pengajar FKUI, 1994).
Sebagian kecil limfosit B berubah menjadi sel pengingat (memory cell), yang tidak ikut serta dalam respons imun yang sedang berlangsung, tetapi tetap dorman dan memperluas klon spesifiknya. Jika orang yang bersangkutan kembali bertemu dengan antigen yang sama, sel-sel pengingat ini sudah bersiap untuk melakukan tindakan yang lebih cepat daripada limfosit awal dalam klon (Sherwood, L, 2001).
Sistem imun spesifik seluler adalah fungsi sel limfosit T (Candrasoma & Taylor, 2005). Beberapa hari setelah pajanan ke antigen tertentu, sel T teraktivasi bersiap untuk melancarkan serangan imun seluler. Terdapat tiga subpopulasi sel T, yaitu: sel T sitotoksik (menghancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing), sel T penolong (meningkatkan perkembangan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag), dan sel T penekan (menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan penolong. Sebagian kecil sel T tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap berespons secara lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh pejamu (Sherwood, L, 2001).

Respons Imun


Respons imun adalah setiap respons sistem imun terhadap stimulus antigenik (Dorland 2002). Respons imun menjalankan fungsi: pertahanan (defence), homeostasis dan pengawasan (surveillance). Fungsi pertama berupa pertahanan melawan invasi mikroorganisme.


















Fungsi
homeostasis memelihara fungsi degenerasi dan katabolik normal dari isi tubuh dengan pembersihan elemen sel yang rusak. Fungsi pengawasan memonitor pengenalan jenis sel abnormal yang secara tetap selalu timbul dalam badan (Bellanti, JA, 1993). Menurut Dorland (2002), respons imun dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Respons imun primer: terjadi pada pajanan pertama dengan antigen. Setelah suatu periode laten atau lag period selama 3-14 hari, bergantung pada antigen, antibodi spesifik akan muncul di dalam darah. Terdapat puncak produksi IgM yang akan bertahan selama beberapa hari yang kemudian segera disusul oleh puncak produksi IgG. Produksi antibodi berkurang dalam beberapa minggu, tetapi sel memori tetap bertahan dalam sirkulasi.
Respons imun sekunder: terjadi pada pajanan kedua dengan antigen serta pajanan selanjutnya. Lag period lebih singkat, puncak titer antibodi lebih tinggi dan bertahan lebih lama, produksi utama adalah IgG.


Link terkait:
Munculnya Kembali Campak Setelah Divaksinasi (Kasus)
Munculnya Campak dan Efek Samping pada Anak yang Telah Divaksinasi Campak


DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, KG, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ketujuh, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
_______________ & Iris R, 2007, Imunologi Dasar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007, Jilid II, Edisi ketiga, Editor Kepala: Aru W. Sudoyo et.al., Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.
Bellanti, JA, 1993, Immunology III, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Chandrasoma, Parakrama & Clive R. Taylor, 2005, Patologi Anatomi, Edisi 2, Alih bahasa: Roem Soedoko et al., EGC, Jakarta.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, trans. Huriawati Hartanto, EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
Immunise Australia Program, 2006, Tanya Jawab (T&J) tentang Vaksinasi Campak, Gondok & Rubela, NSW Health, dilihat 4 April 2009, www.health.nsw.gov.au/resources/publichealth/immunisation/mmr/mmr_immunisation_consent_ind.pdf
Sherwood, L, 2001, Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi 2, Alih Bahasa: Brahm U. Pendit, Editor: Beatricia I. Santoso, EGC, Jakarta.
Kresno, Siti Boedina, 2001, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Staf Pengajar FKUI, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.
Winulyo EB & Samsuridjal D, 2007, Imunisasi Dewasa, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007, Jilid II, Edisi ketiga, Editor Kepala: Aru W. Sudoyo et.al., Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.




0 comments:

Post a Comment